Malang, beritajatim.net – Dengan antusias anak – anak generasi penerus TRIP peringati perang Jalan Salak Malang. Banyak orang tidak tahu di Kota Malang pernah terjadi perang hebat antara tentara Belanda dengan laskar TRIP pejuang kemerdekaan Indonesia.
Anak – anak generasi penerus Trip, setiap tahun selalu antusias peringati peristiwa perang di Jalan Salak Kota Malang, ujar Aguk Wahyu Nuryadi, generasi kedua Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) yang kini berdomisili di Banyuwangi.
Aguk yang juga Ketua Pimpinan Daerah Kolektif (PDK) KOSGORO Kabupaten Banyuwangi menjelaskan, ada yang menyebut TRIP dengan MASTRIP itu ada kisahnya sendiri.
Anggota TRIP adalah pelajar setingkat SMP dan SMA. Usainya antara 15-18 tahun.
Di zaman penjajahan Jepang, para pelajar sengaja dilatih perang-perangan. Tujuannya agar bisa menambah pasukan perang Jepang yang jumlahnya tidak seberapa.
Ketika Jepang menyerah kepada tentara Sekutu setelah kota Nagasaki dan Hiroshima djatuhi bom atom, para pelajar yang sudah pernah diajari cara dan taktik berperang itu kemudian menyerbu gudang senjata. Mereka ambil semua senjata, termasuk meriam dan granat.
“Itulah sejarah kenapa di Jawa Timur ada TRIP dan di Jawa Tengah ada GP (Genie Pelajar). Hanya saja anggota TRIP lebih banyak dan ada tersebar di banyak kota,” jelas Aguk, yang lahir tahun 1967.
Karena almarhum ayahnya, Soedarsono Pr anggota TRIP saat tahun 1945 sekolah di SMT Surabaya, otomatis Aguk jadi jadi anggota Paguyuban MASTRIP Jawa Timur. Karena eks Komandan TRIP, Mayjen TNI (Purn) Mas Isman juga mendirikan Kosgoro pada tanggal 10 November 1957, Aguk Darsono juga aktif di Kosgoro.
“Kalau TRIP berjuang untuk mencapai kemerdekaan, Kosgoro bekerja mengisi kemerdekaan,” katanya.
Mengenai sebutan MASTRIP
Aguk salah satu Anak – anak generasi penerus Trip menjelaskan, TRIP berjuang dan berperang bersama rakyat. “Orang melihat anggota TRIP itu masih anak-anak tapi kok juga tentara karena sudah pandai berperang. Dipanggil adik jadi gak pantas. Dipanggil Bapak juga masih anak-anak. Jadi, biar enak dipanggil Mas. Jadilah istilah MASTRIP,'” paparnya.
Aguk menambahkan, selain terlibat dalam Perang 10 November 1945 di Surabaya, laskar TRIP juga ikut berperang melawan tentara Belanda saat Agresi Militer Pertama tahun 1947.
“Peperangan hebat terjadi di Jalan Salak Kota Malang tanggal 31 Juli 1947. Sebanyak 35 pejuang TRIP gugur. Oleh masyarakat jenazahnya dimakamkan di satu liang lahat. Kini makam itu jadi Monumen Pahlawan TRIP,” jelas Aguk lagi.
Itu sebabnya setiap tanggal 31 Juli anggota Paguyuban MASTRIP yang tersebar di 15 wilayah di Indonesia berkumpul di Malang. “Selain untuk silaturahmi, mereka menggelar upacara di Monumen Pahlawan TRIP. Sudah 3 tahun berturut turut Walikota Malang bertindak sebagai inspektur upacara. Ini acara penting agar generasi muda saat ini juga mengetahui peran pelajar di masa lalu,” tambah Aguk.
Keluarga besar Paguyuban MASTRIP mulai berdatangan ke Malang Senin kemarin.
Selasa (30/07/2024) siang hingga sore mereka menggelar temu kangen dan silaturahmi di Auditorium Poltekkes Jalan Ijen Besar 77 Malang.
Selasa malam acara dilanjutkan dengan Renungan Suci di Monumen Pahlawan TRIP di eks Jalan Salak (kini berubah menjadi Jalan Pahlawan TRIP).
Acara puncak adalah upacara dilanjutkan ziarah dan tabur bunga di 35 pusara Pejuang TRIP yang gugur dalam pertempuran di Jalan Salak Malang pada 31 Juli 1947.
Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 tak lama setelah Jepang menyerah kepada tentara Sekutu. Akan tetapi tentara Belanda ingin kembali menguasai Indonesia.
Perang 10 November 1945 di Surabaya adalah bukti ingin kembalinya tentara Belanda. Dengan membonceng tentara Inggris, Belanda coba kembali menjajah bumi Nusantara.
Akan tetapi tekad arek-arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan Indonesia benar-benar membuka mata dunia.
Berita Terbaru :
Kasi Ops Kasrem 084/Bhaskara Jaya Pimpin Upacara Bendera di Makorem
Tetapi Belanda tak ingin menyerah juga. Agresi Militer Pertama Belanda dilakukan tahun 1947.
Mendengar kabar tentara Belanda hendak menguasai dan berencana membangun basis militer di Kabupaten Malang, Organisasi Pertempuran Jawa Timur yang dipimpin Mayjen drg. Moestopo memerintahkan Divisi 7/Untung Suropati yang memiliki 3 Resimen, yakni Resimen 38, 39 dan 40.
Komandan Divisi 7, Mayjen Imam Suja’i lantas memerintahkan Komandan Resimen 38, Letkol Hamid Roesdi yang kemudian membagi Malang menjadi 3 Sektor Pertahanan.
Di luar itu ada Batalyon 5000/TRIP yang kebagian tugas mempertahankan sepanjang Jalan Ijen dan kawasan Dinoyo.
Pasukan TNI, Polisi serta laskar pejuang Batalyon 5000/TRIP dan rakyat Malang bahu-membahu mempertahankan Kota Malang.
Mendengar berita bahwa Marinir Belanda bergerak mendekati Lawang, tanggal 29 Juli 1947 laskar pejuang kemerdekaan membakar 1.000 lebih bangunan penting di Singosari. Kantor pemerintahan, hotel, gedung bioskop dan pertokoan. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan “Malang Bumi Hangus.”
Untuk menghindari jatuhnya banyak korban, penduduk diminta bergeser ke Gondanglegi, Pujon, Pakis dan Malang Selatan.
Di dalam kota Balaikota Malang termasuk bangunan yang dibakar dan dirusak atapnya agar tidak dijadikan markas tentara Belanda.
Muncul kabar baru, bahwa Marinir Belanda akan masuk Malang melalui Batu. Maka, pasukan TRIP yang tak lain siswa siswi SMP, Sekolah Teknik (ST), Sekolah Pertanian Menengah (SPM) dan Sekolah Pertanian Menengah Tinggi (SPMT) Malang mendirikan pos pantau di Oro-oro Ombo (sekarang Jalan Brigjen Slamet Riyadi), Jalan Sumbing, Jalan Bareng Tened dan Jalan Welirang. Karena laskar TRIP yang usianya antara 15-18 tahun, sesuai perintah Letkol Hamid Roesdi, salah satunya adalah mempertahankan kawasan Dinoyo.
Keadaan benar benar gelap gulita karena aliran listrik sengaja dipadamkan.
Ternyata Marinir Belanda pilih masuk Malang lewat tengah kota. Setelah menguasai kawasan Kayutangan dan kantor Aniem (PLN), tentara Belanda dengan tank AMTRAC kebanggaannya bergerak ke arah Jalan Ijen dan Jalan Semeru.
Pos intai TRIP di Jalan Lawu dan Taman Slamet segera mengabarkan pergerakan tentara Belanda ini ke semua lini pertahanan.
Pasukan TRIP bergeser ke Markas TRIP Jalan Pandan 5, sebagian lagi ke Asrama TRIP di Jalan Salak.
Sekitar pukul 10.00 pasukan TRIP coba melakukan penghadangan hingga tentara Belanda terhenti di depan Gereja Idjen.
Baca Juga Artikel Terbaru :
Satpolairud Polresta Sidoarjo Serap Aspirasi Kamtibmas Kawasan Pesisir
Sebelumnya Kompi TRIP Riyanto juga melepaskan tembakan karabin ke barisan tentara Belanda. Di luar dugaan, tank AMTRAC berbelok menuju Jalan Salak. Tentara Belanda juga bermunculan dari Jalan Tanggamus, Dempo, Jalan Kerinci dan Jalan Gede. Semuanya bergerak menuju Jalan Salak.
Pertempuran sengit dengan kekuatan yang tidak seimbang pun pecah di Jalan Salak.
Melihat teman-temannya dibombardir musuh, Komandan Batalyon 5000/TRIP Susanto Darmodjo dengan motor gedenya coba melakukan penghadangan dengan jalan melemparkan granat ke arah musuh.
Akhirnya Susanto Darmojo tertembak jatuh dari sepeda motor. Namun demikian, dalam keadaan luka-luka, dia masih mampu melemparkan beberapa granat lagi ke arah barisan truk tentara Belanda.
Susanto Darmodjo akhirnya meninggal dan jasadnya dilindas tank AMTRAC.
Melihat komandannya meninggal, laskar TRIP makin nekat. Padahal senjata mereka kalah canggih dengan yang dimiliki tentara Belanda.
Baca Juga :
Satpolairud Polresta Sidoarjo Serap Aspirasi Kamtibmas Kawasan Pesisir
35 Prajurit TRIP gugur dalam pertempuran di Jalan Salak, sedangkan di pihak Belanda hanya 5 orang.
Sore harinya penduduk memakamkan 35 jenazah pasukan TRIP itu dalam satu liang lahat dengan diberi penanda pohon pisang.
Di bekas makam pahlawan TRIP itulah pada tanggal 10 November 1959 didirikan prasasti dengan pesan tulisan tangan asli Bung Karno.
Tahun 2008, berdasarkan Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 188.45/220/35.73.112/2008 menetapkan kawasan makam Pahlawan TRIP sebagai Kawasan Benda Cagar Budaya yang kini dikenal sebagai Monumen Pahlawan TRIP.
Untuk mengenang jasa para pejuang kemerdekaan itulah setiap tanggal 31 Juli para Generasi Penerus TRIP Peringati Perang Jalan Salak Malang digelar upacara, ziarah dan tabur bunga di Monumen Pahlawan TRIP. @red